Kamis, 17 November 2011

Arti Musik

.Menurut ku semua orang suka musik,tapi cara mereka mengungkapkannya berbeda-beda.

 Musik adalah suatu cara yang bisa dimainkan oleh siapapun,dengan alat apapun dan dalam keadaan apapun untuk mengekspresikan perasaan atau situasi pada saat itu. Bila kita sedang sedih , terkadang kita mengungkapkan  lagu sedih , ketika kita bahagia pasti mengungkapkan dengan nyanyian - nyanyian bahagia.

Musik juga dapat menjadi salah satu obat untuk menghilangkan rasa stres, setelah melakukan berbagai aktifitas yang padat sehingga badan dan pikiran kita lelah,ada baiknya kita mendengarkan musik untuk membuat syaraf-syaraf di tubuh kita tidak terlalu tegang,dan menjadikannya rileks  kembali, sehingga tubuh pun menjadi bertenaga dan segar kembali.

Banyak jenis alat musik yang dapat di mainkan oleh banyak orang,tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mengeluarkan nada-nada yang indah untuk di dengar sehingga menenangkan hati.
Musik bisa membuat semangat untuk orang yang mendengarkannya.
I LOVE MUSIK

Jadilah penikmat musik yang dapat menafsirkan arti dari syair-syair itu, dan jangan lah sembarangan membuat suatu karya musik !!! ^_^

By: Dina P Rizkiana

Senin, 14 November 2011

Belajar piano

by     Posted under: Artikel

Belajar Piano

Mengapa Belajar Piano?

Ada banyak alat-alat musik yang indah. Masing-masing memiliki gaya dan karakter tersendiri. Belajar piano maupun  salah satu dari alat musik lain sangat bermanfaat dan menyenangkan. Tapi, mengapa seseorang memilih piano daripada instrumen lain? Mengapa seorang pemula memilih belajar piano dibanding seruling atau instrumen lainnya?

Ada banyak alasan untuk belajar piano. Piano adalah salah satu instrumen yang paling bervariasi di musik Barat. Seorang pemain piano dapat memainkan hampir semua gaya musik. Piano memiliki rentang yang tinggi. piano dapat dimainkan di musik klasik, pop, rock, jazz, blues dan lagu rohani, dan bahkan lebih banyak lagi.
Piano adalah polifonik, memberikan kekayaan yang yang lebih daripada instrumen lain. Dengan “polifonik,” berarti Anda bisa bermain lebih dari satu not piano dalam waktu bersamaan. Dalam musik piano tingkat lanjut, pemain lebih sering memainkan chord piano daripada not piano tunggal. Walaupun musik yang ditulis untuk pemain pemula tidak dapat menggunakan chord piano untuk masing-masing tangan, musik pemula masih ditulis untuk masing-masing tangan untuk menciptakan musik independen dan harmoni. Dua suara piano, satu untuk tangan kanan dan satu untuk kiri, membawa kompleksitas suara yang tidak mungkin dicapai instrumen lainnya.
Piano dapat dimainkan sebagai instrumen solo, atau untuk menemani suara atau instrumen lain, atau sebagai bagian dari sebuah band atau orkestra. Jadi berkaitan dengan pengaturan dan orkestrasi, piano sangat serbaguna dibanding dengan instrumen musik yang lain. Jika seseorang telah cukup lama belajar piano, dan latihan yang memadai maka hampir bisa dipastikan bahwa ia akan bisa memainkan musik apapun.
Belajar piano melatih musisi pemula dengan cara yang tidak bisa dilakukan instrumen lain. Piano membutuhkan ketangkasan, karena pianis perlu untuk dapat menggunakan setiap jari dari kedua tangan secara independen. Bahkan belajar piano untuk pemula butuh untuk bisa membaca baik treble clef dan bass clef secara bersamaan. Selain itu, bekerja dengan chord dan dua suara berbeda yang dimainkan oleh dua tangan yang berbeda mengarah ke pemahaman tentang teori musik dan konstruksi chord yang kebanyakan tidak dipunyai instrumen lain.
Tentu saja, ada kekurangan yang signifikan untuk memilih piano. Piano sangat besar, berat dan sulit untuk dipindahkan. Sedangkan pemain biola bisa mengambil instrumen dan membawanya, pianis tidak dapat melakukan perjalanan dengan pianonya. Bahkan harga piano bekas bisa sangat mahal. Sulit untuk menempatkan piano yang sangat besar, bahkan ukuran piano terkecil pun tidak muat untuk rumah ukuran kecil maupun apartemen yang kecil.
Keyboard elektronik dapat menawarkan alternatif untuk piano akustik. Kecil, portabel dan relatif murah, keyboard elektronik dapat menjadi sarana bagi siswa untuk melalui fase belajar piano untuk pemula dan belajar fingering yang tepat dan cara membaca musik. Meskipun mereka tidak memiliki kualitas suara sebaik piano, keyboard bisa menjadi pilihan yang baik jika piano tidak muat ditempatkan di dalam rumah.
Pada akhirnya, alasan sebenarnya untuk belajar piano adalah karena piano sangat indah. Elegan dan tidak tertandingi oleh instrumen lainnya, baik piano upright maupun piano grand. Seorang calon musisi yang sedang memutuskan untuk memiliki instrumen musik dapat memilih piano sebagai pilihan yang tepat dan memulai belajar piano.

Musik dan Film : Bukan Sekedar Latar

Bayangkan: adegan menegangkan di shower (gadis yang akan ditikam ketika mandi) dalam film Psycho (Alfred Hitchcock) yang terkenal itu ...tapi tanpa musik! Film thriller tanpa musik? Ada sekian tingkat ketegangan yang hilang tanpa bantuan musik.
Musik telah jadi bagian tak terpisahkan dari film (genre apapun). Bahkan musik-musik film tertentu tertanam dalam-dalam pada benak penontonnya. Sebagian orang akan selalu terbuai ke dunia jauh, ke alam Cassablanca, jika mendengar As Time Goes By. Sebagian orang masih menyenandungkan Lara's Theme dan teringat epik cinta Doctor Zhivago. Atau menyiulkan lagu tema Love Story pada saat merasa romantis. Banyak film yang menjadi abadi karena lagu/musik mereka.
Dan Hollywood dengan sigap mengindustrikan fenomena tersebut. Musik/lagu dari film - layar lebar ataupun televisi - menjadi sebuah komoditi tersendiri.
Perkembangan
Di era film bisu, musik jadi latar dengan berbagai alasan: sebagai warisan tradisi teater, sebagai peredam suara berisik dari proyektor, dan sebagai pemberi 'kedalaman' pada gambar bisu dua dimensi di layar.
Di era film bersuara, musik film mulai menyusun bahasanya tersendiri. Pada awalnya musik film melanjutkan tradisi era film bisu, yaitu menggunakan khasanah musik Barat yang telah ada - terutama musik klasik Eropa abad 19. Pada era 1930-an, mulai umum untuk menuliskan komposisi khusus untuk sebuah film. Sebagian sineas - seperti para sineas di Rusia - menggunakan musik dalam rangka eksplorasi relasi antara musik (sebagian bagian dari suara) dan gambar. Tapi kebanyakan film menempatkan musik sebagai dekor atau alat bantu saja dalam membangun suasana.
Dalam era 1930-an itu Hollywood mulai menyususn kamus musik film lewat para komposer yang terdidik dalam tradisi musik Eropa. Kosa musik-film itu mapan di era 1940-an. Nama-nama terkemuka pada masa itu antara lain Max Steiner (King Kong (1933)) dan Bernard Herrmann - dengan karya mencakup Citizen Kane (1941) hingga Psycho (1960).
Dominasi kosa musik-film yang menggunakan simfoni dan bergaya Eropa mulai didobrak di tahun 1950-an: pengaruh jazz masuk ke arus besar film Hollywood. Para pemulanya antara lain adalah Alex North (A Street Car Named Desire (1951), Cleopatra (1963), Who's Affraid of Virgina Wolf? (1966)) dan Elmer Bernstein (The Man With The Golden Arm (1955), Magnificent Seven (1960)). Salah satu komposer paling terkenal aliran itu adalah Henry Manciny. Musik film dengan pengaruh jazz memang wajar disukai para pembuat film karena di samping ekspresif, lebih kontemporer dari musik gaya romantik Eropa, juga tak memerlukan orkestra besar, hingga bisa lebih murah.
Era 1950-an adalah juga era eksperimen musik/bunyi yang lebih beragam. Di India, Satyajit Ray menggunakan musik etnis karya Ravi Shankar untuk filmnya, Pather Panchali. Di Jepang, Fumio Hayasaka menggunakan alat-alat musik Jepang untuk film Akira Kurosawa, Rashomon (1950) dan Seven Samurai (1955). Eropa melahirkan pakem musik-film dengan orkes studio yang kecil. Gerakan new-wave di Perancis turut mempopulerkan pakem itu, dan melahirkan tokoh musik-film seperti Michael Legrand (The Umbrellas of Cherbourg (1964), Summer of '42 (1972) - di situ ia memenangkan Oscar, dan Yentl (1983) - juga memenangkan Oscar).
Eksperimentasi tahun 1950-an dilanjutkan dengan eksperimentasi tahun 1960-an. Dunia sedang dilanda revolusi musik, dengan pahlawan utamanya: The Beatles. Yang paling menonjol dari revolusi musik itu - disamping mencuatnya ragam bunyi etnis dan jazz - adalah mencuatnya musik rock sebagai kekuatan baru. Khasanah musik film pun ikut kena imbas, dan pengaruh rock mulai tertanam. Salah satu empu musik film dengan pengaruh rock itu adalah John Barry yang karyanya mengisi hampir seluruh film James Bond, juga, antara lain, Born Free (1966), Out of Africa (1985), Dances With Wolves (1990) dan Indecent Proposal (1993).
Pada tahun 1980-an, beberapa kecenderungan mutakhir mencuat ke permukaan. Pertama, penggunaan synthesizer. Nama-nama yang menonjol dalam arus itu adalah Vangelis (Chariots of Fire (1981), Blade Runner (1982)), Tangerine Dream (Legend (1985), Vision Quest (1985)) dan Giorgio Moroder (Flash Dance (1983) dan Top Gun (1986)). Musik film dengan synthesizer memberi nuansa yang khas: bunyi-bunyi buatan elektroniknya amat tepat untuk membangun atmosfer 'dunia yang lain' (alam dongeng, futuristik atau mimpi) pada gambar di layar.
Trend kedua, musik avant garde tak hanya jadi 'milik' film avant garde saja. Musik garda depan masuk juga ke arus besar. David Byrne, seorang musisi avant garde, menyusun komposisi untuk Something Wild (1986) dan ikut membantu dalam The Last Emperor (1987) yang, antara lain, memenangkan Oscar untuk tata musiknya.
Trend ketiga adalah kecenderungan membangun tata musik film dari lagu-lagu populer. Film-film seperti Big Chill (1983), Down And Out in Beverly Hills (1986) dan Good Morning, Vietnam (1987) dengan sengaja membangun suasana lewat musik-musik lawas yang sudah membenam dalam kesadaran kolektif penonton Amerika - dalam dua film pertama, hal itu memang diharuskan oleh cerita. Variasi lain dari trend itu adalah tata musik film yang memang dengan sadar memilih lagu-lagu rock yang sedang atau akan digemari, seperti Against All Odds (1984 - dan mempopulerkan single dari Phil Collins dengan judul sama) dan White Nights (1985 - mencuatkan hit Lionel Ritchie, Say You Say Me). Variasi tersebut terpengaruh sebuah serial televisi, Miami Vice.
Trend terakhir pula yang membuka peluang bagi meriahnya musik alternatif dan musik 'hitam' - terutama R&B dan rap - menghias film-film Hollywood tahun 1990-an. Menguatnya black music berkait juga dengan munculnya trend black movies di Hollywood yang dimotori oleh Spike Lee (Jungle Fever, Malcom X) dan John Singleton (Boyz 'n The Hood, Poetic Justice). Namun, tata musik black music untuk black movies yang cenderung rasialis itu melebar juga ke arus besar yang dikuasai sineas 'bule'. Contohnya, Space Jam: film itu tampak sebagai 'milik' orang hitam - pahlawan basket Michael Jordan serta musik R&B dan rap mendominasi film. Padahal tokoh-tokoh kartun Loonie Toons (lawan main Jordan), adalah produk budaya 'putih' Amerika (belum lagi jajaran produser film tersebut, yang mengeruk untung besar dengan menjual muatan 'hitam' itu, juga kulit putih).
Berburu ‘harta karun’
Dengan segala perkembangan tersebut dunia tata musik film menjadi sebuah lahan koleksi yang menyenangkan dan berharga. Di Jakarta, para kolektor biasa mengaduk-aduk toko macam Duta Suara (terutama yang di Sabang) dan Aquarius (khususnya yang di Pondok Indah - sayang, sudah dibakar massa Mei 1998 lalu). Keduanya terhitung punya koleksi paling lengkap. Aquarius Pondok Indah malah menyertakan juga koleksi musik dari drama-drama musikal Broadway (seperti Jesus Christ Superstars, Cats, Miss Saigon). Yang lebih rajin bisa ju0ga mengaduk-aduk Glodok atau kios-kios musik loakan di Jalan Surabaya. Di Jalan Surabaya, disamping CD-CD dan kaset-kaset bekas, juga dijual video dan piringan hitam - sering dengan kualitas yang masih lumayan terjaga. Berhubung kios loakan, maka rekaman-rekaman sound track yang dijual kebanyakan dari film-film lama (1960-an hingga 1970-an). Buat para kolektor, hal itu justru mengasyikkan.
Dari khasanah musik film kita juga bisa menemukan 'harta karun' yang sukar ditemukan dalam rak-rak musik lain. Misalnya dalam OST Leaving Las Vegas, Sting menyanyikan lagu-lagu karya sang sutradara, Mike Figgis, yang khusus ditata untuk film tersebut. Para penggemar Sting tentu saja tak akan menemukan lagu-lagu tersebut pada album-album Sting. Contoh lain, para penggemar Led Zeppelin bisa mengobati rindu mereka dengan mendengar karya-karya dua eksponen grup legendaris itu, Jimmy Page dan John Paul Jones, dalam dua karya sutradara Michael Winner. Page menata musik Death Wish II (Charles Bronson), dan Jones menata musik Scream For Help (yang melejitkan hit Christie dengan vokal Jon Anderson).
‘Harta karun’ lain adalah jika seorang bintang benar-benar menyanyikan sendiri lagu dalam filmnya. Dalam Evita, misalnya, semua bintang menyanyikan sendiri lagu-lagu yang ditampilkan - termasuk Antonio Banderas. Sebelumnya, Banderas juga menyanyikan sebuah lagu dalam Mambo King. Atau jika ingin mendengar suara sexy Michelle Pfeifer, silahkan putar OST Faboulus Baker Boys (adegan paling terkenal dalam film itu adalah saat Pfeifer menyanyikan Makin' Whoopee di atas piano). Yang lebih unik adalah kasus Blues Brothers dan The Commitments: keduanya adalah film tentang kelompok musik fiktif, tapi kemudian para pemerannya malah jadi musisi betulan!
Hal lain yang mengasyikkan dalam berburu musik film adalah seringkali musik yang kita dengar lamat-lamat, separuh-separuh, atau sambil lalu (tanpa sadar, karena kita sedang terpesona oleh gambar/adegan) saat menonton ternyata merupakan komposisi yang bermutu dan dikerjakan secara serius oleh musisi yang piawai. George & Ira Gershwin, Maurice Jarre, Henry Manciny, Bernard Hermann, John Barry, adalah contoh nama-nama terhormat: kumpulan karya-karya mereka untuk berbagai film telah menjadi tonggak musik tersendiri.
Indonesia juga punya nama terhormat: Idris Sardi. Beliau terhitung paling piawai dalam menata musik yang bisa memberi tekanan suasana tertentu pada citra yang bergerak di layar. Juga Eros Djarot - karya-karyanya dalam Badai Pasti Berlalu telah menjadi tonggak musik pop tanah air dengan melejitkan Chrisye dan Keenan Nasution. Namun seiring dengan 'tidur'-nya film Indonesia, mereka seperti ikut terbungkam dalam berkarya.
Sayangnya kesadaran kita untuk mendokumentasikan tata musik film - sebagaimana kesadaran kita untuk mendokumentasikan film-film nasional - amat minim. Tapi era 1990-an adalah masa yang menarik untuk perkembangan OST dalam negeri. Yang merajai pasar adalah OST film-film TV produk luar (khususnya Hong Kong) yang di-Indonesia-kan. Bermula dari sukses lagu tema Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti yang dinyanyikan Yuni Shara, para penyanyi lokal lain banyak mengalami sukses serupa. Belakangan, OST sinetron-sinetron lokal pun lumayan laku dijual. Tapi, sebagaimana film nasional secara umum, lahan musik film kita pun belum optimal digarap. ***
Penulis adalah redaktur rumahfilm.org. Lebih dikenal sebagai pengamat komik, mengawali karir menulis dengan mengamati berbagai segi budaya populer, buku, dan film. Tinggal di Jakarta.

Pengaruh musik pada anak

Pengaruh Musik pada Anak By Staff FFI Wednesday, 19-September-2007, 15:49:00   
Send this story to a friend     Printable Version     Langganan Artikel Pitoyo Dotcom Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia.  Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.  Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony, demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh. Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan head banger, suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony, ujar Ev. Andreas Christanday.  Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.  Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.  Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi.  
Staff FFI SUMBER: http://www.iqeq.web.id/anak/anak02.shtml